Seperti halnya
penelitian pada umumnya, masalah penelitian dimulai atau diajukan dalam bentuk pertanyaan yang berperan sebagai
fokus untuk diselidiki oleh si peneliti.
Identifikasi
perumusan masalah merupakan proses penyederhanaan
masalah yang rumit dan kompleks dirumuskan menjadi masalah yang dapat diteliti atau dicari
alternatif pemecahannya. Pernyataan masalah yang bagus akan memberikan arah penelitian bagi peneliti.
Beberapa contoh
pertanyaan di bawah ini:
1.
Apakah terapi yang terpusat pada siswa lebih memuaskan
para siswa dibandingkan dengan terapi tradisional?
2.
Bagaimana kita dapat memprediksi siswa mana yang
memiliki masalah/kesulitan dalam mempelajari konsep tertentu?
3.
Apakah perlakuan guru berbeda terhadap gender yang
berbeda?
Apakah seluruh pertanyaan tersebut
memungkinkan kita untuk dapat mengumpulkan data? Apakah pertanyaan tersebut
dapat dilakukan pemecahannya? Untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah tentu
dapat dilakukan. Misalnya:
1.
Pertanyaan pertama mengenai terapi yang berbeda
terhadap siswa, dapat dilaksanakan melalui penelitian eksperimental.
2.
Pertanyaan kedua mengenai kesulitan siswa dalam
mempelajari konsep tertentu, dapat diteliti dengan penelitian korelasional
3.
Pertanyaan ketiga mengenai perlakuan guru terhadap
gender yang berbeda, dapat diteliti dengan metode kausal komparatif.
Coba perhatikan
pertanyaan lain berikut ini:
1.
Haruskan filosofi dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah?
2.
Apa arti kehidupan?
Mengapa pertanyaan-pertanyaan
tersebut tidak dapat diteliti? Apakah terdapat hambatan dari masalah penelitian
tersebut bagi kita untuk mengumpulkan informasi dalam menjawab pertanyaan
tersebut? Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut sederhana dan jelas. Pada
analisis akhir, kedua pertanyaan tersebut tidak dapat diteliti. Tidak ada cara
mengumpulkan informasi untuk menjawab kedua pertanyaan itu.
Pertanyaan pertama suatu pertanyaan
mengenai value yang berimplikasi pada jawaban benar atau salah, layak atau
tidak layak, dan oleh karenanya tidak memiliki acuan secara empiris (dapat
diditeliti). Secara empiris tidak ada cara untuk menyetujui penggunaan kata
kerja“harus”. Data apa yang dapat
dikumpulkan? Tidak ada cara bagi kita untuk bertindak. Akan tetapi apabila
pertanyaan tersebut diubah menjadi “Apakah orang-orang berpendapat bahwa
filosofi harus dimasukkan dalan kurikulum sekolah?”, hal tersebut menjadi dapat diteliti karena
sekarang kita dapat mengumpulkan data untuk membantu kita menjawab pertanyaan
tersebut.
Pertanyaan kedua merupakan metafisika
di alam, jenis pertanyaan ini terletak di luar akumulasi informasi. Sekarang
cobalah perhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Manakah menurut Anda,
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dapat diteliti?
1.
Apakah Tuhan itu baik?
2.
Apakah anak-anak lebih senang jika diajar oleh guru
yang memiliki gender sama?
3.
Apakah hasil belajar (achievement) di SMA berpengaruh
terhadap hasil akademik di universitas?
4.
Bagaimana cara mengajar grammar yang paling baik?
5.
Apakah sekolah akan seperti sekarang jika perang dunia
kedua tidak terjadi?
Pertanyaan nomor 2 dan 3 merupakan
pertanyaan yang dapat diteliti, sedangkan pertanyaan 1, 4, dan 5 merupakan
pertanyaan yang tidak dapat diteliti. Cobalah Anda identifikasi mengapa
pertanyaan 2 dan 3 dapat diteliti dan pertanyaan 1, 4, dan 5 tidak dapat
diteliti?
0 komentar:
Posting Komentar