Kamis, 23 Oktober 2014

Perumusan Masalah Penelitian


Seperti halnya penelitian pada umumnya, masalah penelitian dimulai atau diajukan dalam bentuk pertanyaan yang berperan sebagai fokus untuk diselidiki oleh si peneliti.
Identifikasi perumusan masalah merupakan proses penyederhanaan masalah yang rumit dan kompleks dirumuskan menjadi masalah yang dapat diteliti atau dicari alternatif pemecahannya. Pernyataan masalah yang bagus akan memberikan arah penelitian bagi peneliti.
Beberapa contoh pertanyaan di bawah ini:
1.             Apakah terapi yang terpusat pada siswa lebih memuaskan para siswa dibandingkan dengan terapi tradisional?
2.             Bagaimana kita dapat memprediksi siswa mana yang memiliki masalah/kesulitan dalam mempelajari konsep tertentu?
3.             Apakah perlakuan guru berbeda terhadap gender yang berbeda?
Apakah seluruh pertanyaan tersebut memungkinkan kita untuk dapat mengumpulkan data? Apakah pertanyaan tersebut dapat dilakukan pemecahannya? Untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah tentu dapat dilakukan. Misalnya:
1.           Pertanyaan pertama mengenai terapi yang berbeda terhadap siswa, dapat dilaksanakan melalui penelitian eksperimental.
2.           Pertanyaan kedua mengenai kesulitan siswa dalam mempelajari konsep tertentu, dapat diteliti dengan penelitian korelasional
3.           Pertanyaan ketiga mengenai perlakuan guru terhadap gender yang berbeda, dapat diteliti dengan metode kausal komparatif.
Coba perhatikan pertanyaan lain berikut ini:
1.             Haruskan filosofi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah?
2.             Apa arti kehidupan?
Mengapa pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat diteliti? Apakah terdapat hambatan dari masalah penelitian tersebut bagi kita untuk mengumpulkan informasi dalam menjawab pertanyaan tersebut? Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut sederhana dan jelas. Pada analisis akhir, kedua pertanyaan tersebut tidak dapat diteliti. Tidak ada cara mengumpulkan informasi untuk menjawab kedua pertanyaan itu.
Pertanyaan pertama suatu pertanyaan mengenai value yang berimplikasi pada jawaban benar atau salah, layak atau tidak layak, dan oleh karenanya tidak memiliki acuan secara empiris (dapat diditeliti). Secara empiris tidak ada cara untuk menyetujui penggunaan kata kerja“harus”.  Data apa yang dapat dikumpulkan? Tidak ada cara bagi kita untuk bertindak. Akan tetapi apabila pertanyaan tersebut diubah menjadi “Apakah orang-orang berpendapat bahwa filosofi harus dimasukkan dalan kurikulum sekolah?”,  hal tersebut menjadi dapat diteliti karena sekarang kita dapat mengumpulkan data untuk membantu kita menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan kedua merupakan metafisika di alam, jenis pertanyaan ini terletak di luar akumulasi informasi. Sekarang cobalah perhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Manakah menurut Anda, dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dapat diteliti?
1.        Apakah Tuhan itu baik?
2.        Apakah anak-anak lebih senang jika diajar oleh guru yang memiliki gender sama?
3.        Apakah hasil belajar (achievement) di SMA berpengaruh terhadap hasil akademik di universitas?
4.        Bagaimana cara mengajar grammar yang paling baik?
5.        Apakah sekolah akan seperti sekarang jika perang dunia kedua tidak terjadi?
Pertanyaan nomor 2 dan 3 merupakan pertanyaan yang dapat diteliti, sedangkan pertanyaan 1, 4, dan 5 merupakan pertanyaan yang tidak dapat diteliti. Cobalah Anda identifikasi mengapa pertanyaan 2 dan 3 dapat diteliti dan pertanyaan 1, 4, dan 5 tidak dapat diteliti?

0 komentar:

Posting Komentar