Kamis, 23 Oktober 2014

Konstanta, Variabel, dan Definisi Operational


Biasanya, rumusan masalah penelitian hanya memberikan petunjuk umum, bukan informasi yang spesifik. Ada beberapa istilah dasar yang sangat penting untuk menyampaikan informasi yang spesifik mengenai masalah penelitian dan penelitian pada umumnya, yakni Konstanta dan Variabel. Konstanta adalah karakteristik atau kondisi yang sama atau tetap untuk semua individu dalam penelitian. Sedangkan Variabel adalah karakteristik yang memiliki nilai berbeda atau kondisi untuk individu-individu yang berbeda. Contoh, pada penelitian “ pengaruh dua metode mengajar yang berbeda terhadap hasil belajar sains kelas 5 SD”, yang menjadi konstanta adalah jenjang kelasnya, yakni kelas 5 SD. Karena semua individu yang dilibatkan di jenjang kelas 5 SD.
Setelah metode mengajar yang berbeda diterapkan, siswa akan diukur hasil belajar sainsnya dengan tes. Dengan demikian, yang menjadi variabel adalah skor tes hasil belajar sains. Hal tersebut dikarenakan individu-individu yang berbeda akan memiliki skor berbeda, tidak akan banyak yang memiliki skor sama. Kita dapat mengemukakan hasil belajar sains sebagai variabel, namun secara khusus, yang kita maksud variabel adalah skor tesnya.
Ada variabel lain pada contoh di atas, yakni metode mengajar. Meski berbeda dengan skor tes hasil belajar sains yang dapat diukur dengan skala nilai, metode mengajar juga merupakan variabel, dikarenakan ada beberapa metode mengajar yang dapat diterapkan. Jadi, kita memiliki beberapa jenis variabel dengan nama berbeda atau terklasifikasikan. Dalam literatur, klasifikasi variabel yang dikemukan saling tumpang tindih dan membingungkan. Variabel sangat berguna untuk mengkomunikasikan tentang penelitian pendidikan.

Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Hampir semua variabel dalam penelitian dapat diidentifikasikan menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Pada umumnya, nilai variabel terikat tergantung pada variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang dihitung dengan statistik.  Sebagai contoh, dalam penelitian “pengaruh apresiasi guru terhadap kemampuan membaca siswa kelas 2 SD”, variabel terikatnya adalah kemampuan membaca. Kita dapat membandingkan nilai rata-rata kemampuan membaca pada kelas 2 dengan kondisi yang berbeda, tanpa apresiasi, apresiasi lisan, apresiasi tertulis, dan kombinasi apresiasi lisan dan tertulis. Variabel terikat juga dapat ditinjau sebagai variabel terduga  (predicted variabel) dalam penelitian. Peneliti berupaya untuk memprediksi nilai kemampuan membaca dari usia, jenis kelamin, dan jumlah ketidakhadiran. Kemampuan  membaca akan menjadi variabel terikat.
Ada beberapa variabel bebas. Pada contoh di atas, peneliti berupaya untuk menentukan hubungan sebab-akibat pengaruh apresiasi guru terhadap kemampuan membaca. Maka bentuk apresiasi divariasikan untuk menghasilkan nilai berbeda pada tes kemampuan membaca. Hal ini disebut manipulasi variabel bebas. Jumlah dan jenis apresiasi dimanipulasi oleh peneliti. Peneliti akan menganalisis nilai siswa laki-laki dan perempuan secara terpisah untuk melihat kesamaan hasil keduanya. Pada kasus ini, jenis kelamin adalah variabel bebas yang terklasifikasikan. Peneliti tidak dapat memanipulasi jenis kelamin, tapi dapat mengelompokkan siswa berdasarkan jenis kelamin. Akhirny pada penelitian yang memperkirakan kemampuan membaca dari karakteristik siswa, variabel terduga adalah variabel bebas.
Contoh selanjutnya akan diilustrasikan tentang penggunaan beberapa variabel dan konstanta. Pada penelitian “pengaruh tiga metode mengajar yang berbeda terhadap kemampuan dasar aljabar, 3 bagian aljabar kelas 9, di sekolah yang sama, diajar oleh guru yang sama, diajar dengan salah satu metode. Kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, termasuk dalam studi penelitian. Konstanta pada studi ini adalah jenjang kelas, sekolah, dan guru (dengan asumsi, kecuali metode, guru dapat menjaga efektivitas pengajaran konstan). Variabel bebasnya adalah metode mengajar dan jenis kelamin. Sedangkan kemampuan aljabar adalah variabel terikatnya.
Variabel Lain
Ada beberapa bentuk variabel yang sering disebut dalam literatur, yakni variabel kontrol dan variabel moderator. Variabel kontrol adalah variabel bebas selain variabel bebas yang menjadi perhatian utama, yang pengaruhnya ditentukan oleh peneliti. Sebagai contoh, seorang peneliti ingin menentukan pengaruh program bimbingan setelah sekolah terhadap hasil belajar matematika pada siswa sekolah dasar. Hasil belajar ini dapat diperkirakan dari hasil belajar sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti harus mampu membuat hasil belajar sebelumnya sebagai variabel kontrol. Siswa dibagi dengan tingkatan, di bawah 34 persentil, di antara 34 hingga 66 persentil, dan di atas 66 persentil. Analisisnya akan memisahkan pengaruh karena program bimbingan dari pengaruh hasil belajar sebelumnya. Hasil belajar sebelumnya dikontrol sedapat mungkin dalam rencana penelitian.
Variabel moderator adalah variabel bebas yang tidak menjadi perhatian utama, yang bertingkat, yang pada saat dikombinasikan dengan tingkat variabel bebas yang menjadi perhatian, akan menghasilkan pengaruh yang berbeda. Sebagai contoh, peneliti mendesain studi untuk menentukan pengaruh panjang bacaan terhadap pemahaman membaca. Desainnya memiliki 3 tingkatan panjang bacaan, yaitu 100 kata, 200 kata, dan 300 kata. Peserta dalam studi adalah siswa kelas 4, 5, dan 6. Ketiga jenjang kelas mampu memahami bacaan 100 kata, namun hanya kelas 6 yang mampu memahami bacaan 300 kata. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan dalam memahami bacaan dengan panjang bacaan yang berbeda dimoderatori oleh jenjang kelas.
Catatan, jika jenjang kelas dibuat dralam rancangan  penelitian, kita juga dapat menyebutnya sebagai variabel kontrol. Meskipun demikian, jika tidak dibuat, maka akan menjadi variabel yang mengherankan (Confounded Variabel), yaitu suatu kondisi dimana pengaruh 2 variabel bebas tidak dapat dipisahkan. Skor pada pengukuran pemahaman membaca akan menjadi sebuah fungsi panjang bacaan dan jenjang kelas, dan kita tidak dapat mengemukakan seberapa besar pengaruh dikarenakan setiap variabel.
Jarang studi penelitian yang hanya mencakup 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Contoh, studi pengaruh 3 kegiatan membaca terhadap kemampuan membaca. Studi dilakukan pada 5 sekolah di daerah yang sama. Nilai kemampuan membaca dikelompokkan dengan kemampuan awal (tinggi, sedang, dan rendah) dan dengan jenis kelamin. Studi juga dikembangkan untuk melihat pengaruh terhadap hasil belajar sains.
1.           Definisi Operasional
Dalam banyak studi penelitian, variabel dan kondisi studi harus didefinisikan secara operasional. Peneliti sering kali berurusan dengan variabel dengan bentuk yang tidak mudah. Jika perawat sekolah tertarik pada berat siswa kelas 1, berat siswa akan diukur dengan timbangan berat. Begitupun, jika kita ingin mengukur dan menghitung kemampuan belajar atau pemahaman membaca, kita harus menyertakan proses atau operasi yang akan digunakan untuk mengukur fenomena atau variabel tersebut. Seperti definisi yang kita sebut definisi operasional. Pada hakikatnya, definisi operasional suatu variabel menggambarkan bagaimana atau dengan apa kita akan mengukur variabel. Definisi operasional membantu menegaskan validitas eksternal hasil penelitian, dengan bantuan mendefinisikan batasan untuk generalisasi.
Contoh definisi operasional :
1.           Kemampuan belajar : skor pada form LM Stanford-Binet inteligensi
2.           Hasil belajar sains : skor pada tes ber-sub pada tes IOWA kemampuan dasar
3.           Berpikir divergen : skor pada tes Brick Uses
4.           Kemampuan penguasaan konsep : waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan dengan benar lima soal penguasan konsep

A.    Hipotesis dan Rumusan Masalah
Konsep dari variabel, konstanta  dan definisi oprasional akan digunakan dalam menentukan hipotesis. Menurut Weirsma, A hypothesis is a conjecture or a guess at the solution to a problem, the relationship of two or more variables or the nature of some phenomenon. Bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan berkaitan hubungan dua variabel atau lebih yang dituliskan berdasarkan teori yang ada.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka hipotesis harus memiliki karakteristik sebagai berikut
a.      Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel
b.      Hipotesis harus dapat diuji
c.      Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
d.      Hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin
Ada beberapa hipotesis yang memiliki kelemahan contoh  sebuah hipotesis, siswa yang cerdas memiliki sikap yang baik dalam sekolah. Dalam hipotesis ini belum menyampaikan secara spesifik dan jelas. Kecerdasan, baik dan sikap tidak bisa di gunakan sebagai generalisasi untuk semua siswa dan belum mejelaskan hubungan antar variabel. Seharusnya hipotesis tersebut menjadi siswa yang berumur 9-11 tahun yang memiliki IQ diatas 25 % diatas rata-rata kelas memiliki sikap lebih tinggi dari siswa yang memiliki IQ  dibawah 75% rata-rata kelas. Pada hipotesis ini lebih spesifik dan ada hubungan antara kecerdasan dengan sikap dan dapat diuji.
Hipotesis terdiri dari 2 bentuk yaitu hipotesis penelitian dan hipoteisis statistik.  Hipotesis penelitian dirumuskan secara naratif berdasarkan kerangka berpikir penelitian & landasan teori yang telah dipilih, sedangkan hipotesis statistik dirumuskan secara matematis dalam bentuk dua kalimat matematik. Pada hipotesis stastistik terdiri dari null hypothesis (hipotesis nol) menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y,  atau  adanya perbedaan antara dua kelompok dan alternative hipotesis (hipotesis alternatif) menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel X dan Y,  atau  tidaknya adanya perbedaan antara dua kelompok Jenis hipotesis ada dua yaitu directional hipotesis dan nondirecktional  hipotesis.
Berikut ini contoh dari bentuk hipotesis.
1.        Hipotesis penelitian
a.       Nondirectional hipotesis
Nol            : kemampuan membaca siswa kelas 3 belajar menggunakan metode a sama dengan kemampuan membaca dengan menggunakan metode b
Alternatif: kemampuan membaca siswa kelas 3 belajar menggunakan metode a sama dengan kemampuan membaca dengan menggunakan metode b
b.      Directional hipotesis
Nol            : Kemampuan membaca siswa kelas 3 belajar menggunakan metode A sama dengan atau kurang dari kemampuan membaca siswa menggunakan metode B
Alternatif  : Kemampuan membaca siswa kelas 3 belajar menggunakan metode A lebih tinggi dari kemampuan membaca siswa menggunakan metode B
2.        Hipotesis stastistik
a.       Nondirectional hipotesis
Ho                  : Ma = Mb
Hi                    : Ma ≠ Mb
b.      Directional hipotesis
Ho                  : Ma ≤ Mb
Hi                   : Ma ≥ Mb


Untuk lebih jelas lagi akan di jelaskan dalam contoh berikut ini :
Rumusan Masalah
Survei tingkat pelaksanaan dan pola bidang akademik pada sekolah menengah atas di Ohio.
Hipotesis
a.         Nilai rata-rata pada bidang ilmu pengetahuan alam pada mata pelajaran kimia dan fisika lebih tinggi dari pada mata pelajaran biologi dan ilmu bumi
b.        Nilai rata-rata pada mata pelajaran sejarah dan ilmu sosial  lebih tinggi dari pada biologi dan olahraga
c.         Ada hubungan positif antara pencapaian nilai pada aljabar 2 dengan pencapaian nilai pada mata pelajaran kimia
Definisi oprasional
Bidang akademik :  Bidang Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Bahasa Inggris, Ilmu  Sosial, sejarah
Sekolah Menengah Atas : kelas 10, 11 dan 12 pada SMA di Ohio
Nilai : Kemungkinan sistem penilaian A, B, C, D dan seterusnya yang di konversi ke dalam bentuk skor

0 komentar:

Posting Komentar