Rabu, 22 Oktober 2014

Literasi Sains

Abad ke-21 disebut sebagai era-nya teknologi. Perubahan cepat terjadi dan seseorang harus dapat beradaptasi dengan hal tersebut dengan memiliki kemampuan untuk mendukung keadaan tersebut. ACTS (n.d) menyatakan kemampuan abad ke -21 dikategorikan ke dalam 4 kategori besar, yaitu: pertama, cara berpikir, yaitu kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar. Kedua, cara kerja, yaitu komunikasi dan kolaborasi. Ketiga, alat untuk bekerja, yaitu teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan literasi informasi. Keempat, keterampilan untuk hidup di dunia, yaitu kewarganegaraan, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial. Kemampuan-kemampuan tersebut menuntut manusia untuk dapat berkolaborasi dan berhubungan dengan cepat dengan sesama

Kemampuan yang disebutkan di atas merupakan bekal orang dewasa dalam menghadapi kehidupan nyata. Banyaknya keterampilan yang diperlukan, maka seyogyanya sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal melatihkan peserta didik keterampilan-keterampilan tersebut. Tidak berarti kemampuan dalam tingkatan kompleks, tetapi tingkat dasar yang kuat. Karena peserta didik tingkat dasar dan menengah tidak dengan sendirinya berkembang tetapi perlu dilatihkan agar siap  menghadapi situas kehidupan nyata di masa yang akan datang.   Oleha karena itu, para stakeholders (orang tua, guru, pemerintah)  perlu untuk mengetahui seberapa jauh sistem pendidikan mereka dalam mempersiapkan siswanya untuk situasi kehidupan nyata. Salah satu kemampuan yang memang mewakili kemampuan-kemampuan diabad 21 adalah kemampuan literasi sains, selain itu literasi sains juga merupakan kemampuan yang dibutuhkan oleh orang dewasa untuk mengembangkan diri dan mendapatkan perkerjaan. Seperti yang diungkapkan oleh NSES (NRC,1996) literasi sains merupakan kemampuan esensial yang diperlukan orang dewasa untuk memberdayakan pribadi; memperoleh & melaksanakan pekerjaan; berpartisipasi dalam kehidupan sos-bud-pol. Sehingga pengetahuan dan keterampilan yang harus diberikan dari kecil agar menjadi orang yang melek sains, dimana keterampilannya dapat digunakan, dan perlu dikembangkan untuk kebutuhan sendiri. Sehingga dapat kita sadari apabila literasi sains ini merupakan keterampilan yang menjadi salah satu fokus yang diukur dalam TIMSS dan PISA adalah keterampilan literasi sains.  Literasi sains memang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa-siswi dizaman sekarang. Saat ini, mutu pendidikan Indonesia paling lemah dibandingkan negara tetangga, seperti Singapura, dan Malaysia. Parameter umum sering yang digunakan adalah HDI (Human Index Development), PISA, dan TIMSS (Rahiem, 2012).  HDI ini melihat empat komponen, yaitu pendidikan, harapan hidup, dan satuan harapan hidup. Indonesia pada 2013 berada di urutan  121 dari 185 negara (HDI Indonessia Naik Tiga Peringkat, 2013). Capaian dalam HDI ini berada di bawah Negara tetangga seperit Malaysia, Singapura, dan Thailand. Namun, hasil yang lebih khusus menilai mutu pendidikan adalah hasil PISA dan TIMSS.

0 komentar:

Posting Komentar